Di bawah Menara Petronas

Perjalanan panjang kami, berakhir di Kuala Lumpur. Dari Langkawi, penerbangan kami berikutnya adalah KLIA 2. Masih dengan Air Asia, kami terbang siang itu. Di Langkawi International Air Port, kalau bawa laptop, ternyata harus dikeluarkan dari tas. Sementara di Penang atau KL sendiri, hal itu tidak diharuskan.

Sehari di Langkawi

Kawasan Eco Park Langkawi dengan Sky Cab nya memang sedikit  berbeda dari semua kereta gantung yang pernah saya naiki. Seingat saya, pertama kali naik kereta gantung itu, beberapa  tahun ketika masa kecil di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Ini kereta gantung yang paling keren pada masa itu.

Dari Atap Langkawi

Kami tiba dilangkawi pada tengah hari. Pulau kedia yang kami sambangi dalam perjalanan ini di Malaysia. Secara keseluruhan, Langkawi merupakan sebuah pulau yang cukup sepi, kalau dilihat dari lalu lintas. Jalanan lebar, dan yang pasti, kios-kios makanan yang tersebar sepanjang jalan.

MASJID TERAPUNG & “NYASAR” PULANG

Matahari di pulau Penang seperti ada lima, hari itu. Udara panas sekali. Saran saya, kalau kesini, jangan lupa bawa topi atau payung, pakai tabir surya, dan pakai kaca mata. Lebih-lebih jika bepergian pada musim panas seperti kami begini. Dari informasi di bandara, hujan tidak turun di Penang dari sejak sebulan lebih lamanya. Pantas saja udara menjadi sangat panas dan lembab.

GEMBOK CINTA [ala] PENANG HILL

Puas dengan pemandangan dimenara pandang yang menghantarkan mata menuju penjuru Pulau Penang dan George Town, bergeserlah lebih ke atas sedikit. Harus jalan kaki memang. Tapi, tenang saja, ada tukang es krim seharga RM5, di tengah jalan dibawah restoran Bukit Bendera. Di sepanjang jalur ini, ada banyak larangan untuk tidak memberikan makanan kepada monyet-monyet dan anjing penghuni Penang Hill.

PENANG YANG PANAS

Dari Kuala Lumpur International Airport 2, kami terbang pagi sekali ke Penang. Jarak tempuhnya, hanya satu jam saja, lebih beberapa menit. Jadi pastilah kami tidak bisa tidur nyenyak diatas pesawat. Pukul 7:15 waktu Malaysia, kami terbang dengan Air Asia. Penang International Airport, memang kecil saja. Tidak lebih besar dari Bandara di Malang, Abdul Rahman Saleh. Yang membedakan, badara ini relatif sepi dan punya desain yang lebih kelihatan modern. Kaca-kaca yang tinggi dan lapang, mengingatkan kepada Bandara Hasanudin di Makassar.

BERMALAM DI KLIA 2

Pejalan seperti kami, sering kali mengabaikan hotel nyaman untuk hanya tidur. Lebih-lebih, kalau ternyata fasilitas itu hanya kami nikmati sebentar saja. Kadang, tidur di koridor bandara dengan para pejalan yang lain, menjadi opsi yang final. Lebih-lebih, di KLIA2, ternyata memang disediakan tempat beristirahat terbuka, dengan karpet yang cukup hangat. Namun, karena ini tempat umum, privasi dan menjaga barang-barang sendiri, menjadi wajib.

MUTER-MUTER [LAGI] KE MALAYSIA

Dalam list perjalanan kami, saya dan istri, Penang memang sudah masuk menjadi salah satu tujuan berkunjung kami. Entah karena kami yang suka selalu kepada bangunan-bangunan tua dan peninggalan sejarah, atau karena godaan dari Faiz, dalam acara Makan Angin yang kami saksisan beberapa waktu yang lalu di saluran AFC. Jauh sebelum itu, godaan akan daerah yang oleh UNESCO dijadikan kawasan yang dilindungi terus menghantui kami.

Nongkrong gaya di 2 Stories

Kalau pembaca sedang jalan-jalan di Bogor, dan mencari tempat nongkrong yang asik, saya merekomendasikan untuk datang ke tempat ini. Namanya 2Stories.Ada apa dibalik penamaan nya, saya sendiri tidak tahu persis. Namun, pada kunjungan pertama kesana, tempat ini memang labih “mencolok” dari tempat lain di sekitarnya.