HAN – Kembalikan Keceriaan Anak-Anak

keceriaan_anak-anak_betang_ok

anak indonesia – senyum

Apa cita-citamu waktu kecil dulu? Jadi dokter, insinyur, pilot, astonot, tentara, polisi atau masih banyak lagi yang lainnya. Yah, masa kecil memang selalu menjadi masa subur harapan siapapun. Orang tua yang mengharap, ataupun harapan anak itu sendiri. Saya pribadi, ketika ditanya mau jadi apa, tidak pernah punya jawaban pasti. Ketika melihat dokter, saya mau jadi dokter, ketika mendengar pemain sandiwara radio, saya mau jadi seperti itu. Atau, ketika saya melihat rombongan guru yang datang ke kampung saya, saya mau jadi seperti mereka. 

Menjadi anak kecil, memang selalu menyenangkan. Saya teringat dengan beberapa anak kecil yang secara dekat kebetulan saya amati. Ada ponakan saya, yang dari sejak kecil, memang tinggal tidak jauh dari rumah, dan sering kali dirumah kami. Pada usia nya yang taman kanak-kanak, sejuta pertanyaan muncul dari mulutnya yang comel, dan tidak pernah berhenti ngomong. Apa saja jadi pertanyaan. Kemudian, seorang anak kenalan saya yang baru masuk SD, namun sering kali mengucap kata-kata yang tidak biasa. Misalnya, ketika menonton tayangan astronomi di Natgeo, dia bertanya, apakah itu alam kubur? Apakah di angkasa itu tempatnya surga dan neraka? Apakah disana ada planet-planet? dan lain sebagainya.

Lalu, seorang anak kecil umur 3 tahun, anak ipar saya. Lincah luar biasa. Cerdas luar biasa pula. Anak kecil segitu, sudah mempertanyakan jalanan yang rusak kepada kakeknya. Dan ketika jawabnya adalah tidak diperbaiki karena tidak ada biaya, dia balik bertanya, apakah kakeknya punya uang? Buat saya, ini alur pertanyaan yang tidak biasa dari seorang anak 3 tahun.

Betapa keceriaan masa kecil jaman dulu dan jaman sekarang itu, jelas berbeda. Semakin gencarnya teknologi informasi, anak kecil jaman sekarang seperti di karbit untuk jadi cepat matang. Untuk jadi cepat dewasa. Secara fisik, pertumbuhan mereka luar biasa cepat. Namun secara emosi, mereka masih tetap kanak-kanak. Lihatlah mereka, yang bermain iPad kemana-mana. Mereka yang nongkrong di depan game konsol di penyewaan-penyewaan atau dirumah sendiri. Mereka seperti melaju terlalu pesat dalam gempuran teknologi yang membuat mereka cepat stress dan tidak bahagia. Belum lagi, beban pelajaran di sekolah yang menggunung dan bully kawan-kawan sepermainan, bagi yang mengalami.

Anak-Jalanan

Menjadi anak kecil juga tidak serta merta aman secara tindakan kekerasan, pelecehan seksual dan dipekerjakan. Kasus demi kasus bermunculan. Dari mereka yang disekap dipabrik, dan tidak dibayarkan gajinya, hingga anak-anak yang hamil karena diperkosa orang tua, kenalan, atau bahkan guru mereka sendiri dan orang-orang yang terderkat dengan mereka. Anak-anak yang ada dijalan-jalan karena ekonomi orang tua yang dibebankan dipunggung mereka. Mengemis, ngamen, mencuri. Pergaulan jalanan yang membentuk mereka jadi keras. Mereka tidak sekolah.

Seorang kawan di papua, yang sedang mengebdikan diri tanpa bantuan siapapun, kemarin menelepon. Disana, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat mahal. Anak-anak ingin juga bersekolah, Tapi tak ada biaya cukup. Betapa mereka kemudian menjadi ingin seperti kawan-kawan seusia mereka di pulau-pulau lain. Di Jawa, Sumatra, Bali, Sulawesi dan lain-lain.

Semoga hari ini menjadi pengingat kita, bahwa anak-anak juga perlu dunianya. Dunia bermain yang sudah sangat jarang mereka lakukan. Permainan tradisional yang dilupakan. Congklak, engrang, tokadal, bentengan. Masih ingat? [ibm-230714]

photo : google images

anak-anak bentang http://libregraphics.asia/tags/anak-anak-0 | heriyanto

Tagged , , , , , ,

2 thoughts on “HAN – Kembalikan Keceriaan Anak-Anak

  1. erlin1080 says:

    tambahan permainan zaman gw kecil : galasin, masak2an pake alat masak mini yg mirip dgn aslinya, tak lari jongkok (bener g ya namanya…), karambol, ludo, ular tangga, halma, ingro (yang klo kluar dr persembunyian teriak “ingro!”, itu namanya apa ya permainannya..), dll sbgnya…:)

Leave a reply to erlin1080 Cancel reply